Mendiagnosis gangguan mental bukan hal yang mudah. Dalam
sejarahnya, penyusunan buku pedoman dan pegangan untuk mendiagnosis gangguan
mental sering memicu perdebatan mengenai penyakit apa yang akan disertakan.
Perdebatan ini tak hanya terjadi di kalangan ilmuwan, tapi juga di masyarakat
awam.
Buku yang bernama Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) adalah buku yang menjadi acuan seluruh ahli
psikologi di dunia. Penyusunnya adalah para pakar psikologi yang tergabung
dalam American Psychological Association (APA).
Beberapa gengguan mental yang sempat menjadi kontorversi tersebut seperti
dilansir livescience.com, antara lain
;
1. Gangguan Identitas Gender
Saat ini, yang paling kontroversial dari semua gangguan mental adalah gangguan
identitas jenis kelamin. Berdasarkan DSM edisi sebelumnya, orang yang merasa
jenis kelamin fisiknya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya yang sejati dapat
didiagnosis mengalami gangguan identitas gender.
Kontroversi terbesar atas gangguan ini adalah karena DSM tidak memuat cara
pengobatannya. Apakah anak-anak yang merasa tidak cocok jenis kelaminnya
diizinkan mendefinisikan diri mereka sendiri, atau harus didorong untuk
mengidentifikasi dirinya sesuai jenis kelamin fisiknya?
"Di satu sisi, para ahli berpendapat agar anak-anak ini merasa nyaman
dengan tubuh yang telah dimilikinya sendiri. Namun di sisi lain, para ahli
menginginkan anak-anak ini bebas menentukan keinginannya. Menurutku, memaksa
seseorang untuk hidup dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan akan
menyebabkan depresi dan kecemasan," kata Diane Ehrensaft, psikolog klinis
di Oakland, California.
2. Kecanduan seks
Menurut lembaga Society for the Advancement of Sexual Health, kecanduan seks
ditandai dengan kurangnya kontrol atas perilaku seksual.
Pecandu seks akan menuruti keinginan seksualnya meskipun berakibat buruk, tidak
bisa menetapkan batasan dan terobsesi dengan seks bahkan ketika tidak ingin
memikirkan hal itu. Beberapa pecandu seks mengaku tidak mendapatkan kenikmatan
dari perilaku seksualnya, tapi hanya menghasilkan rasa malu.
Gangguan ini belum dimasukkan ke dalam DSM, dan kemungkinan tidak akan
disertakan dalam DSM edisi berikutnya. Malahan, Asiosiasi Psikologi Amerika
(APA) bermaksud menambahkan kelainan seksual baru yang disebut gangguan
hiperseksual, yang tidak menggambarkan tentang kecanduan seks.
3. Homoseksualitas
Dalam sejarahnya, homoseksual adalah gangguan kejiwaan yang paling
kontroversial. APA mencoret homoseksualitas dari daftar gangguan mental pada
tahun 1973 setelah mendapat gempuran protes dari aktivis gay dan lesbian.
Beberapa bukti ilmiah menyarankan bahwa ketertarikan sesama jenis adalah hal
yang normal di kalangan orang yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
4. Gangguan Asperger
Gangguan Asperger ditandai dengan kecerdasan dan kemampuan bahasa yang normal,
namun keterampilan sosial yang buruk. Ganggguan ini dimasukkan DSM pada tahun
1994, namun pada tahun 2013, gangguan ini dipastikan sudah dikeluarkan dari
daftar.
Alasannya, penelitian telah gagal membedakan antara gangguan Asperger dan
autisme. 44 persen anak yang didiagnosis Asperger benar-benar memenuhi kriteria
autisme, menurut sebuah survei tahun 2008.
5. Gangguan Bipolar pada Anak
Gangguan bipolar ditandai oleh perubahan suasana hati antara depresi dan rasa
senang. Pada tahun 1994 sampai 2003, jumlah kunjungan dokter terkait dengan
gangguan bipolar pada anak naik 40 kali lipat, demikian menurut sebuah
penelitian tahun 2007 di jurnal Archives of General Psychiatry.
Masalahnya adalah, sebagian dari kenaikan itu disebabkan karena perubahan cara
psikolog mendiagnosa gangguan bipolar pada anak-anak, bukan karena peningkatan
kasus secara aktual.
Untuk mengatasinya, APA berencana menambahkan gangguan baru, yaitu disregulasi
marah dengan dysphoria. Gangguan ini akan berlaku untuk anak-anak yang
memiliki suasana hati mudah tersinggung dan sering marah. Namun beberapa ahli
sudah meragukannya karena beberapa gangguan perilaku pada anak dianggap hal
yang normal.
6. ADHD pada Dewasa
ADHD adalah singkatan dari attention deficit hyperactivity disorder. Anak-anak
dengan ADHD mengalami kesulitan duduk dengan diam, memperhatikan, dan
mengontrol dorongan hatinya. Baru-baru ini, beberapa psikiater mulai
mendiagnosa ADHD pada orang dewasa.
"Beberapa gejala ADHD pada anak-anak saja sudah dianggap diagnosis yang
berlebihan, apalagi pada dewasa. Ada tuduhan bahwa psikiater bersekongkol
dengan perusahaan farmasi agar dapat menjual obat ADHD lebih banyak," kata
psikiater dari New York University, Norman Sussman.
7. Gangguan Disosiasi Identitas
Dulu gangguan ini dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda. Gangguan
kepribadian ganda terkenal setelah sebuah buku berjudul "Sybil"
dibuat menjadi film dengan nama yang sama pada tahun 1976.
Film dan buku tersebut bercerita tentang Shirley Mason, nama samaran Sybil,
yang didiagnosis memiliki 16 kepribadian berbeda sebagai akibat dari pelecehan
fisik dan seksual oleh ibunya.
Buku dan filmnya memang laris, tetapi diagnosisnya sangat jarang ditemui. Pada
tahun 1995, seorang psikiater bernama Herbert Spiegel menyelidiki kasus Sybil.
Ia menegaskan bahwa ia mempercayai kepribadian Sybil yang berbeda-beda tersebut
diciptakan oleh terapisnya karena efek terapi atau hipnotis, dan hal ini
mungkin terjadi tanpa disadari.
Para kritikus berpendapat bahwa gangguan tersebut sebenarnya adalah rekayasa,
dibuat dengan maksud meyakinkan pasien bahwa masalahnya adalah karena
kepribadian ganda.
Meskipun demikian, gangguan identitas disosiatif berhasil melewati kritik ini
dan tidak akan mengalami perubahan besar dalam DSM edisi berikutnya.
8. Narsisistik
Seseorang yang sangat butuh dipuji dan kurang berempati kepada orang lain masuk
dalam kriteria narsistik, dan mereka nampaknya memang cocok menjalani
psikoterapi. Namun, gangguan narsisitik ini juga sempat menuai kontroversi.
Masalah terbesarnya adalah karena tidak ada yang mengaku memiliki gangguan
tersebut. Menurut review tahun 2001 di Journal of Mental Health Counseling,
hampir setengah orang yang didiagnosis kepribadian narsisistik juga memenuhi
kriteria gangguan kepribadian lainnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, APA mengusulkan perubahan besar pada DSM
edisi berikutnya. Diagnosis akan lebih berfokus pada disfungsi dan sifat
gangguan mental. Tujuannya adalah untuk menhilangkan tumpang tindih dan membuat
kategori yang lebih berguna bagi pasien dengan gangguan kepribadian.
9. Penis Envy (Cemburu Penis)
Sigmund Freud merevolusi psikologi pada tahun di 1800-an dan awal 1900-an
dengan teori-teorinya tentang psikoseksual. Salah satu teorinya adalah
menyimpulkan bahwa perkembangan seksual gadis-gadis muda didorong oleh
kecemburuan karena tidak memilik penis (penis envy) dan hasrat seksualnya
terhadap ayah.
Kesimpulan ini kontan menuai banyak kontroversi. Namun seiring perkembangan
zaman, teori ini telah dianggap usang dengan sendirinya.
10. Histeria
Pada tahun 1800-an, histeria mencakup semua diagnosis gangguan mental pada
wanita. Gejala-gejalanya tidak jelas seperti; ketidakpuasan, rasa lemah, serta
ledakan emosi.
Pengobatannya sederhana dan dikenal dengan 'histeris paroxysm' atau dikenal
juga dengan orgasme. Dokter akan memijat alat kelamin pasiennya secara manual
atau dengan vibrator. Meskipun janggal, hal ini tidak dianggap kontroversial
ketika itu.
Yang lebih kontroversial adalah meminta pasien wanita 'histeria' untuk
beristirahat saja tanpa bekerja atau bersosialisasi. Pengobatan ini seringkali
justru memperburuk kecemasan atau depresi. Menurut editorial tahun 2002 di
jurnal Spinal Cord, kasus diagnosis histeria mereda secara bertahap
sepanjang abad ke-20.